Jumat, 14 Maret 2008

TEGUH DALAM PRINSIP, LUWES DALAM PENERAPAN

Konon, ada seorang raja yang buta mata kirinya, dan pincang kaki kirinya. Pada suatu hari, dipanggilnya seorang pelukis untuk melukis dirinya. Sadar bahwa nasibnya amat tergantung pada suka tidaknya Sang Raja pada lukisannya, seniman tersebut berusaha untuk menutupi cacat pada obyek lukisannya. Dilukiskannya penguasa itu dalam kebesarannya sebagai penakluk yang gagah perkasa. Matanya indah, menatap dengan tajam. Otot-ototnya kekar; kedua kaki kukuh menapak; semua mengesankan aura keperkasaan dan keagungan.

"Apaan ini?!" hardik Sang Raja. "Kamu tak lebih seniman carmuk (cari muka)! Emangnya aku seperti ini." Dengan gemetaran, pelukis itu digelandang dan dijebloskan ke dalam penjara.

Mendengar berita itu, pelukis kedua tahu bahwa Sang Raja ingin gambar senyatanya. Sambil memuji Sang Raja yang bersikap obyektif dan cinta kebenaran, ia mengambil langkah lain : dilukiskannya penguasa itu sebagai pribadi agung...dengan sebelah mata dan kaki cacat.

"Huhh! Seni apaan ini!!" kata Sang Raja. Atas perintah penguasa itu, pelukis kedua ini pun digelandang memasuki bui.

Pelukis ketiga berpikir cerdas dengan menggambarkan Sang Raja sedang berburu. Tanpa harus menghilangkan kenyaaan yang ada, kaki kiri yang pincang digambarkan dalam posisi ditekuk di depan sebagai penyeimbang; kaki kanan, sebagai tumpuan; berat badan diletakkan di lutut kaki kanan; tangan kiri memegang busur; tangan kanan menarik anak panah; mata kiri terpejam (padahal sebenarnya memang buta); mata kanan membidik rusa di kejauhan.

Sang Raja puas, karena lukisan tersebut jujur tetapi bisa menutupi cacat kaki kiri dan mata kirinya.

Inilah sebuah cerita penggambaran akan cerita kehidupan yang lebih luas dan tidak jarang terjadi di sekitar kita. Ada tipe orang penjilat ( yang kemudian menikmati buah dari perilakunya), ada tipe orang jujur tetapi lugu (sehingga juga mendapatkan kepahitan hidup) dan orang jujur namun memiliki kecerdasan strategi untuk menyiasati situasi dan kondisi tanpa harus mengorbankan kebenaran. Ya kunci hidup ( dan bisnis) sebenarnya ada dua : kebenaran strategi dan ketepatan dalam penerapannya. Ringkasnya, teguh dalam prinsip ( kebenaran ) tetapi luwes dalam penerapan.

Kebenaran merujuk kepada substansi strategi sedangkan ketepatan merujuk kepada kesesuaian antara kebenaran dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang tengah dihadapi. Dalam bahasa yang berbeda sering dikatakan sebagai komitmen ( kebenaran) dan fleksibilitas ( ketepatan atau keluwesan dalam menerapkannya).


Kebenaran merujuk kepada substansi strategi sedangkan ketepatan merujuk kepada kesesuaian antara kebenaran dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang tengah dihadapi
.

Tidak ada komentar:

Google